pendidikan: 1996-2001 : MI PIM Mujahidin Bageng 2001-2004 : MTS Banat NU Kudus 2004-2007 : SMA Futuhiyyah Mranggen Demak 2007-2011 : IKIP PGRI Semarang
Senin, 09 Juli 2012
Rabu, 04 Juli 2012
KANDUNGAN VITAMIN C DAN SERAT KASAR Nata de Papaya PADA PROSES FERMENTASI SARI PEPAYA (Carica papaya) DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS Acetobacter xylinum
KANDUNGAN VITAMIN C DAN SERAT KASAR Nata de Papaya PADA
PROSES FERMENTASI SARI PEPAYA (Carica
papaya) DENGAN PEMBERIAN
BERBAGAI DOSIS Acetobacter
xylinum
NAFISAH
Program
Studi Pendidikan Biologi, Fakultas
Pendidikan Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan
Alam.
IKIP PGRI Semarang. 2011.
Jalan Sidodadi Timur No. 24 / Dr. Cipto
Semarang Telp. (024) 8316377, 8446263, 8314474 Fax. (024) 8448217 Email : ikippgri@ikippgrismg.ac.id
Website: www.ikippgrismg.ac.id
ABSTRAK
Nafisah, 2011. Kandungan
Vitamin C dan Serat Kasar Nata de Papaya pada Proses Fermentasi Sari Pepaya
(Carica papaya) dengan Pemberian Berbagai Dosis Acetobacter xylinum. Pembimbing I Endah Rita Sulistya Dewi,
S.Si, M.Si., pembimbing II Ary Susatyo Nugroho, S.Si, M.S.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian bakteri Acetobacter
xylinum dalam pembuatan Nata de Papaya terhadap kadar vitamin C dan
serat kasar. Selain itu juga untuk mengetahui jumlah inokulum bakteri Acetobacter
xylinum dalam pembuatan Nata de Papaya yang tepat agar diperoleh
kadar vitamin C dan serat kasar yang optimal. Penelitian
dilaksanakan di Kelurahan Sendangguwo
Rt.06 / Rw.01 Kecamatan Tembalang,
Kota Semarang, dari tanggal 29 Juni 2011 sampai dengan tanggal 20 Juli
2011.
Metode yang digunakan adalah
metode eksperimental, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3
perlakuan dan 4 kali ulangan. Adapun perlakuan tersebut adalah perlakuan A (500
ml sari pepaya + 25 ml bakteri Acetobacter xylinum), B (500 ml sari
pepaya + 50 ml bakteri Acetobacter xylinum), C (500 ml sari pepaya + 75
ml bakteri Acetobacter xylinum). Parameter yang diamati adalah kadar
vitamin C dan serat kasar. Data dianalisis dengan analisis varians (Anava) dan
untuk memprediksi rata-rata perbedaan pengaruh pemberian bakteri Acetobacter
xylinum terhadap kadar vitamin C dan serat kasar nata dilakukan uji
kolerasi (r).
Hasil analisis varian
didapatkan Fhitung kadar vitamin
C sebesar 391,684 > Ftabel
5% 4,26 dan Ftabel 1% 8,02, sehingga ada pengaruh yang sangat
signifikan pada pemberian inokulasi Acetobacter xylinum terhadap kadar
vitamin C. Sedangkan Fhitung pada kadar serat kasar 27,495 > Ftabel 5% 4,26 dan Ftabel
1% 8,02, sehingga ada pengaruh yang sangat signifikan pada pemberian inokulasi Acetobacter
xylinum terhadap kadar serat kasar.
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan
berbagai dosis Acetobacter xylinum
mampu memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap kandungan vitamin C dan serat kasar Nata de Papaya.
Kata kunci :
Nata de Papaya, Acetobacter xylinum,
kandungan vitamin C, kandungan serat
kasar.
PENDAHULUAN
Pepaya (Carica papaya)
merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Tropis. Tanaman pepaya banyak ditanam orang, baik di
daerah tropis maupun sub tropis. Di daerah-daerah basah dan kering atau di
daerah-daerah dataran dan pegunungan sampai 1000 m dpl. Buah pepaya merupakan
buah meja bermutu dan bergizi yang tinggi (Kemal, 2000).
Buah pepaya tergolong buah yang populer dan digemari oleh hampir
seluruh penduduk di Indonesia. Daging buahnya lunak dengan warna merah atau
kekuningan. Rasanya manis dan menyegarkan karena mengandung banyak air. Nilai
gizi buah ini cukup tinggi karena mengandung vitamin C juga mineral dan
kalsium. Selain itu dengan mengkonsumsi buah ini akan memudahkan buang air
besar (Baga, 2007).
Pepaya merupakan tanaman buah yang mudah didapat serta tergolong dalam
tanaman yang berbuah sepanjang tahun dan tidak mengenal musim. Sehingga bila
tanaman ini telah berbuah, hasilnya melimpah. Setiap pohon kira-kira dapat
menghasilkan 30 buah, bahkan sampai 150 buah. Buah pepaya matang sifatnya mudah
rusak sehingga perlu diolah, misalnya dimanfaatkan sebagai bahan baku saus,
soft candy dan dodol (Kemal, 2000).
Bahan organik yang terkandung dalam buah pepaya dapat dimanfaatkan
melalui proses fermentasi. Fermentasi dapat dilakukan untuk memanfaatkan zat
gizi yang terkandung dalam buah pepaya. Mineral yang terkandung antara lain
kalsium, fosfor, kalium dan zat besi. Kandungan mineral ini diperlukan oleh Acetobacter
xylinum untuk membentuk nata.
Nata merupakan produk fermentasi oleh bakteri Acetobacter xylinum pada
media yang mengandung gula, menyukai lingkungan yang asam dan membutuhkan
sumber nitrogen untuk aktivitasnya. Produk nata dapat diperoleh dari air
kelapa, sari nanas, sari tomat serta buah-buahan lain yang banyak mengandung
gula, protein, vitamin serta membutuhkan sumber nitrogen untuk aktivitasnya
(Pratiwi,2005).
Berdasarkan definisi nata tersebut, ada kemungkinan pengembangan serta
variasi media untuk membuat nata, misalnya dari sari buah pepaya. Karena buah
pepaya memiliki kandungan vitamin, protein, mineral, karbohidrat dan gula yang
dibutuhkan oleh Acetobacter xylinum untuk membentuk nata.
Pemberian nama nata disesuaikan dengan nama bahan baku media
fermentasi. Sebagai contoh nata de coco dari bahan air kelapa, nata
de pina dari sari buah nanas, nata de soya dari limbah pembuatan
tahu, nata de aloe dari ekstrak tanaman lidah buaya, nata de leri
dari air cucian beras (Pambayun,2006). Sedangkan penggunaan bahan baku sari
pepaya dalam pembuatan nata dinamakan nata de papaya.
Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan penelitian tentang Kandungan vitamin C dan serat kasar nata
de papaya pada proses fermentasi sari pepaya (Carica papaya) dengan
pemberian berbagai dosis Acetobacter
xylinum.
Berdasarkan uraian latar
belakang permasalahan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh pemberian bakteri Acetobacter xylinum dalam
pembuatan nata de papaya terhadap kadar vitamin C dan serat kasar?
2. Berapakah jumlah inokulum bakteri Acetobacter xylinum dalam
pembuatan nata de papaya yang tepat agar diperoleh kadar vitamin C dan
serat kasar yang optimal ?
Tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian bakteri Acetobacter xylinum dalam
pembuatan nata de papaya terhadap kadar vitamin C dan serat kasar.
2. Untuk mengetahui jumlah inokulum bakteri Acetobacter xylinum dalam
pembuatan nata de papaya yang tepat agar diperoleh kadar vitamin C dan
serat kasar yang optimal.
Dari hasil penelitian ini diharapkan
memberikan manfaat:
1.
Menambah
keanekaragaman makanan dengan pembuatan nata de papaya.
2.
Memanfaatkan
buah pepaya matang yang mudah busuk, sehingga dapat meningkatkan nilai
ekonominya.
3. Memberikan pengetahuan terhadap masyarakat
tentang pengolahan bahan makanan dibidang bioteknologi sehingga berguna dimasa
yang akan datang.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Pelaksanaan penelitian diawali dengan pembuatan nata de papaya di
Kelurahan Sendangguwo Rt.06 / Rw.I, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang yang kemudian dilanjutkan
dengan pengujian sampel di Wahana Laboratorium, Semarang.
2. Waktu
Waktu penelitian dilaksanakan mulai tanggal 29 Juni 2011 sampai tanggal 20 Juli 2011.
B. Penentuan Objek Penelitian
1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sari buah pepaya.
2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 500 ml sari buah pepaya dengan perlakuan jumlah inokulum bakteri Acetobacter
xylinum yang berbeda.
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah dosis inokulum bakteri Acetobacter xylinum yaitu sebesar 5%, 10%
dan 15%.
2. Variabel Tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian
ini adalah kandungan vitamin C dan serat kasar.
3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini
adalah suhu, pH, cahaya, kelembaban dan panjang waktu fermentasi.
D. Rancangan Penelitian
Pada penelitian
ini menggunakan penelitian ”True-Experimental Research”, karena bertujuan untuk
menyelidiki kemungkinan saling berhubungan sebab akibat dengan cara menggunakan
satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenali kondisi perlakuan.
Penelitian ini menggunakan desain eksperimental Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Perlakuan diatur dengan pengacakan lengkap sehingga setiap unit percobaan memiliki
peluang yang sama untuk mendapatkan setiap perlakuan.
Rancangan yang
digunakan terdiri dari 3 perlakuan dan 4 kali ulangan, maka terdapat 12 unit
percobaan. Menurut Warisno (2009), 1500 ml sari buah dengan pemberian starter
nata sebanyak 100 ml dapat menghasilkan nata dengan kualitas yang bagus. Maka
dari itu, peneliti menggunakan persentase jumlah inokulum bakteri dari
banyaknya bahan (sari buah) yaitu sebesar 5%, 10% dan 15%. Masing-masing
perlakuan dapat dijabarkan sebagai berikut:
A: 500 ml sari
pepaya + 50 ml bakteri Acetobacter xylinum.
B: 500 ml sari
pepaya + 75 ml bakteri Acetobacter xylinum.
C: 500 ml sari
pepaya + 100 ml bakteri Acetobacter xylinum.
Masing-masing
perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga ada 12 unit percobaan untuk
membentuk unit perlakuan dan ulangan yang dilakukan dengan menggunakan tabel
bilangan acak. Pengacakan dilakukan pada seluruh materi percobaan secara merata
sebelum percobaan dimulai.
1
C3
|
2
A3
|
3
B1
|
4
B3
|
5
A1
|
6
B2
|
7
C1
|
8
A2
|
9
A4
|
10
C2
|
11
B4
|
12
C4
|
Bagan Pengaturan Tata Letak Penelitian
Keterangan:
Huruf : Menunjukkan pada
perlakuan
Angka
indeks : Menunjukkan
ulangan ke...
Angka
sebelah kanan : Menunjukkan tempat
ke...
E.
Parameter Penelitian
Pada penelitian ini, paramater yang
diamati adalah:
1.
Kandungan vitamin C pada nata de papaya
2. Kandungan serat kasar pada
nata de papaya
F.
Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat
a. Alat untuk pembuatan nata
de papaya
1) Kompor gas
2) Blender
3) Panci
4) Pengaduk
5) Kain kasa
6) Baki
7) Beaker glass
|
8) Gelas ukur
9) Pipet
10) Thermometer ruangan
11) Gelang karet
12) pH meter
13) Kertas koran
|
b. Alat untuk menguji kandungan
vitamin C
1)
Waring blender
2)
Labu takar
3)
Saringan sentrifug
4)
Pipet
c. Alat untuk menguji kandungan
serat kasar
1)
Penggiling
2)
Timbangan
3)
Soxhlet
4)
Erlenmeyer
5)
Pendingin Balik
6)
Kertas Saring
7)
Spatula
8)
Oven
9)
Desikator
2. Bahan
a. Bahan pembuatan nata de
papaya
1)
Sari buah pepaya
2)
Gula pasir
3)
Urea
4)
Asam cuka dixi (25%)
5)
Starter Acetobacter xylinum
b. Bahan untuk menguji kandungan
vitamin C
1)
Aquades
2)
Amilum 1 %
c. Bahan untuk menguji kandungan
serat kasar
1)
Antifoam Agent
2)
Asbes
3)
Larutan asam sulfat
4)
NaOH 1.25%
5)
Larutan K2SO4 10%
6)
Alkohol 95%
G. Prosedur Penelitian
1. Tahap persiapan
a. Menyiapkan semua alat dan bahan penelitian
yang akan digunakan.
b. Menyiapkan sari buah pepaya.
1) Mengupas buah pepaya matang, membersihkan
sampai tidak ada biji yang tersisa.
2) Memblender hingga halus, lalu menyaring dengan
menggunakan kain kasa.
c. Memberi label
1) Memberi label untuk tiap perlakuan, pemberian
label disini memiliki tujuan agar tidak terjadi kesalahan dalam pencatatan
data.
2) Melakukan pengacakan pada ke-12 perlakuan
yang telah diberi label untuk menentukan urutan letak ke-12 perlakuan sehingga
terjadi tata letak yang acak dari ketiga jenis perlakuan.
2. Langkah pembuatan nata de papaya
a. Mengukur sari buah pepaya sebanyak 2400 ml
dan mengencerkan dengan air sebanyak 3600 ml.
b. Menimbang gula sebanyak 1 kg dan ZA sebanyak
10 gram.
c. Mencampur sari buah pepaya dengan air, gula
dan ZA.
d. Merebus sari buah sampai mendidih.
e. Menambahkan cuka secukupnya hingga pH larutan
mencapai 3-4.
f. Menuangkan media nata yang telah mendidih
kedalam loyang yang sudah disterilkan, membiarkan hingga dingin dengan kondisi
tertutup rapat.
g. Menambahkan starter nata (bakteri Acetobacter
xylinum).
h. Menutup loyang dengan kertas koran dan
mengikat dengan karet gelang, kemudian memfermentasi selama 10 hari.
i. Mengambil nata de papaya dari
masing-masing perlakuan kemudian dimasukkan kedalam stoples yang masing-masing
telah diberi label, kemudian dianalisis di laboratorium.
3. Langkah pengujian sampel
Menganalisis kandungan vitamin C dan serat kasar dengan
uji laboratorium secara kuantitatif di Wahana Laboratorium, Semarang. Metode yang digunakan untuk mengetahui kandungan vitamin C yaitu dengan
menggunakan metode Titrasi Iodometri, sedangkan untuk mengetahui kandungan
serat kasar pada nata de papaya yaitu dengan
menggunakan metode Gravimetri.
a. Cara kerja uji kandungan vitamin C
1) Menimbang 200-300 gram bahan dan
menghancurkan dalam waring blender, diperoleh slurry.
2) Menimbang 10-30 gram slurry, memasukkan
kedalam labu takar 100 ml dan menambahkan aquades sampai tanda.
3) Menyaring dengan krus 600 ch / dengan
sentrifug untuk memisahkan filtratnya.
4) Mengambil 5-25 ml fitrat dengan pipet dan
menambahkan 2 ml larutan amilum 1 % (soluble stach) dan menambahkan 200 ml
aquades.
5) Melakukan titrasi dengan 0,1 N standar
yodium.
6) Perhitungan : 1 ml 0,01 N yodium = 0,88 mg asam askorbat
b. Cara kerja uji kandungan serat kasar
1)
Mengaluskan sample dan menimbang sejumlah 2 gram
sample.
2)
Mengekstraksi lemak dalam sample dengan metode soxhlet
3)
Memindahkan sample kedalam Erlenmeyer 600 ml. Menambahkan 0.5 asbes dan 3 tetes antifoam
4)
Menambahkan 200 ml larutan H2SO4
mendidih. Menutup dengan pendingin balik
5)
Mendidihkan selama 30 menit
6)
Menyaring suspensi dengan kertas saring. Mencuci residu yang tertinggal dalam kertas
saring dengan air mendidih. Mencuci residu
dengan air hingga air cucian tidak bersifat asam lagi (uji dengan kertas lakmus)
7)
Memindahkan secara kuantitatif residu dari kertas
saring kedalam Erlenmeyer kembali dengan spatula. Mencuci sisanya dengan 200 ml larutan NaOH
menidih sampai semua residu masuk kedalam Erlenmeyer.
8)
Menidihkan dengan pendingin balik sambil kadang-kadang
menggoyangkan selama 30 menit
9)
Menyaring kembali melalui kertas saring yang diketahui
beratnya atau krus yang telah dipijarkan dan telah diketahui beratnya.
10)
Mencuci lagi residu dengan air mendidih. Kemudian dengan alkohol 95% sekitar 15 ml.
11)
Mengeringkan kertas saring atau krus dengan isinya pada
110oC sampai beratnya konstan.
12)
Perhitungan : Berat yang didapat = berat serat.
H.
Metode Analisis Data
Dari data pengamatan
dan perhitungan tentang pengaruh pemberian berbagasi konsentrasi terhadap
kandungan vitamin C dan serat kasar
nata de papaya sebagai
berikut:
Tabel 2. Konsentrasi bakteri Acetobacter xylinum Terhadap Kandungan
vitamin C dan serat kasar dengan tiga perlakuan dan empat kali ulangan.
Perlakuan
|
Ulangan ke
|
Total /
∑ perlakuan
|
Rata-rata perlakuan
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
A
B
C
Jumlah umum (G) Rataan umum
|
|
|
|
|
|
|
Data tersebut
kemudian dianalisis dengan analisis sidik ragam (analsis varians) untuk data
percobaan. Rancangan acak lengkap (RAL) dengan banyaknya ulangan yang sama akan
dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 3. Analisis dari RAL (Rancangan Acak Lengkap).
SK
|
DB
|
JK
|
KT
|
FH
|
F Tabel
|
|
5%
|
1%
|
|||||
Perlakuan
Galat
Total
|
t-1
(rt-t)(t-1)
rt-1
|
JKP
JKG
JKP+JKG
|
|
|
|
|
Sumber : Kwancahi A.Gomez dan
Arturo A, Gomez: 1995.
Keterangan :
t : Banyaknya
perlakuan
r : Banyaknya
ulangan
Sk : Sumber
keragaman
JK : Derajat bebas
KT : Kuadrat tengah
Db : Derajat bebas
n : Jumlah pengulangan
FH : F hitung
Untuk menghitung:
a. Faktor koreksi (FK) G 2/n
dimana G=Nm/c=1
b. Untuk menghitung jumlah
kuadrat (JK)
JK Galat = JK Umum - JK Perlakuan
Dimana :
Xi : Pengukuran peta ke-1
n : Banyaknya peta percobaan (n=r,t)
Ti : Jumlah
perlakuan ke-1
G = ∑x
c. Untuk menghitung Kuadrat
Tengah (KT)
KT Perlakuan =
KT Galat =
KT Galat =
Sumber : (Gomez:1995)
d.
Untuk F (uji beda nyata perbedaan perlakuan)
Nilai uji F diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
F =
Untuk menerima atau menolak
hipotesis penelitian dengan kriteria
sebagai berikut:
Jika nilai Fhitung >
Ftabel pada taraf nyata 5% atau 1% dinyatakan berbeda sangat nyata
atau signifikan berarti Ha diterima.
Percobaan dilanjutkan dengan uji
Jarak Ganda Ducan (UJGD)
Rp = untuk p : 2, 3,
… t
Dimana S-d :
rp :
Nilai tabel wilayah nyata students
p :
Jarak
S2 :
Ragam Kuadrat Tengah (KT)
r :
Ulangan
t :
Banyak perlakuan
e. Analisis regresi linear
sederhana
Analisis regresi linear
sederhana digunakan untuk memprediksi variasi perubaan nilai Y (kadar vitamin C
dan serat kasar nata) apabila nilai X (inokulum bakteri) ditentukan atau untuk
menentukan inokulum bakteri Acetobacter
xylinum yang tepat terhadap kandungan vitamin C dan serat kasar. Analisis
dilakukan dengan program IBM SPSS 16,0 For Windows atau secara manual, dengan
persamaan sebagai berikut:
1)
Bentuk
umum persamaan regresi linear sederhana =Y=a+BX
Dimana:
Y :
Vitamin C dan serat kasar
a : Konstanta atau intersep (titik potong
kurva linear
terhadap sumbu Y, atau nilai Y jika X=0)
e : Kemiringan kurva linear
X : Inokulum bakteri
2) Menentukan nilai b (kemiringan kurva atau
koefisen regresi)
Dengan persamaan:
3)
Menentukan
nilai a (konstanta intersep kurva estimasi) dengan persamaan
a=a= Y
– BX
Y : Rata-rata nilai Y
X : Rata-rata nilai X
n : Jumlah
pengamatan / jumlah daya yang digunakan dalam sampel
4)
Menguji
koefisien regresi (uji t)
Uji t digunakan untuk menguji signifikasi koefisien
regresi atau untuk mengetahui apakah variabel independent X berpengaruh
terhadap variabel dependent Y.
t =
Dimana:
β : Parameter yang diduga
Sb : Kesalaan standar keofisien regresi
Se : Kesalahan standar estimasi (standar
error of estimate)
Hipotesis: Ho = b = 0, Ha = b ≠ 0
Kriteria uji:
Terima
Ho jika thitung < ttabel atau probabilitas t = 0,05.
Tolak Ho jika thitung > ttabel
atau probabilitas > 0,05 atau jika b = 0 maka variabel independent (X) tidak
berpengaruh terhadap variabel dependent (Y), jika b ≠ 0 maka X berpengaruh
terhadap Y.
5)
Menghitung
koefisien determinasi dan koefisien korelasi
Koefisien determinasi sampel (r2) digunakan
untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independent terhadap variabel
dependent, sedangkan koefisien korelasi (r) digunakan untuk mengetahui keeratan
hubungan antara variabel independent dan variabel dependent, koefisien
determinasi dapat dihitung dengan persamaan:
r2 = atau r2
= 1 -
Persamaan
untuk koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
r = ± atau r =
Pengujian terhadap
koefisien korelasi
, db = n –
2
Nilai dianggap
signifikan jika thitung > t 0,05
6) Menganalisis terhadap adanya heeroksi
dastisitas agar persamaan regresi estimasi (estimator / prediktor) yang
diperoleh dapat digunakan untuk memprediksi variasi perubahan nilai Y, maka
harus berupa estimator linear tidak bisa terbaik atau BLUE (Best Linear Unvised
Estimator). Kondisi ini akan terjadi heterkidastitas. Terjadinya
heteroskidastias dapat didiagnosis dengan korelasi rank spearman antara lain
nilai mutlak kesalah penggangu ei dengan Xi.
Korelasi diuji dengan persamaan:
Dimana: e = Y - Ý
di = selisih setiap pasang
rangking IeiI dan Xi
Nilai rs dianggap signifikan jika thitung
> t 0,05 atau signifikan thitung < t 0,05
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian
Parameter hasil
penelitian tentang kandungan vitamin C dan kandungan serat kasar nata de
papaya dengan inokulasi bakteri
Acetobacter xylinum adalah sebagai berikut:
1.
Kandungan Vitamin C
Kandungan
vitamin C pada nata de papaya dengan inokulasi bakteri Acetobacter
xylinum, sebagai berikut:
Tabel 4. Kadar
Vitamin C (%) Pada nata de papaya
Perlakuan
|
Ulangan
|
Jumlah
Perlakuan
(T)
|
Rata-rata
Perlakuan
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
A
|
3,10
|
2,90
|
3,45
|
2,66
|
12,110
|
3,028
|
B
|
6,70
|
6,35
|
6,19
|
5,98
|
25,220
|
6,305
|
C
|
9,02
|
9,37
|
8,90
|
9,54
|
36,830
|
9,208
|
Jumlah
Umum
|
18,820
|
18,620
|
18,540
|
18,180
|
74,160
|
18,540
|
Jumlah (G)
Rataan umum
|
6,273
|
6,207
|
6,180
|
6,060
|
|
6,180
|
Keterangan:
A: 500 ml sari
pepaya + 25 ml Bakteri Acetobacter xylinum
B: 500 ml sari
pepaya + 50 ml Bakteri Acetobacter xylinum
C: 500 ml sari
pepaya + 75 ml Bakteri Acetobacter xylinum
Berdasarkan
tabel 4 tersebut di atas dapat dilihat bahwa perlakuan dengan pemberian
inokulasi Acetobacter xylinum terhadap kandungan vitamin C pada nata
de papaya memberikan hasil yang tertinggi pada perlakuan C (C=9,208)
sedangkan hasil yang paling rendah terdapat pada perlakuan A (A=
3,028). Berdasarkan data di atas, maka dapat dibuat grafik kandungan vitamin C
pada nata de papaya dengan pemberian inokulasi bakteri Acetobacter
xylinum.
Gambar
2. Kandungan Vitamin C (mg/100gr) nata de papaya
Keterangan:
A: 500 ml sari
pepaya + 25 ml Bakteri Acetobacter xylinum
B: 500 ml sari
pepaya + 50 ml Bakteri Acetobacter xylinum
C:
500 ml sari pepaya + 75 ml Bakteri Acetobacter xylinum
Dari
hasil perhitungan kandungan vitamin C pada nata
de papaya dengan menggunakan berbagai dosis Acetobacter xylinum selanjutnya dilakukan uji Homogenitas of Varians
terhadap kandungan vitamin C pada nata de
papaya dengan perlakuan inokulasi Acetobacter
xylinum. Dari hasil deskripsi test of Homogenitas of Varians yang
dihasilkan adalah nilai levene (0,047) nilai sig. 0,955 > nilai level 5%
probabilitas artinya ke tiga perlakuan inokulasi Acetobacter xylinum pada sari pepaya memiliki varians yang sama
(Homogen). Dari perhitungan Homogenitas of Varians selanjutnya dilakukan
Analisis Sidik Ragam. Hasil Analisis Sidik Ragam terhadap kandungan vitamin C
pada nata de papaya dengan inokulasi Acetobacter xylinum dapat
dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel
5. Hasil Sidik Ragam Kandungan Vitamin C nata de papaya
SK
|
DB
|
JK
|
KT
|
FH
|
Ftabel
|
|
5%
|
1%
|
|||||
Perlakuan
|
2
|
76,479
|
38,239
|
391,684**
|
4,26
|
8,02
|
Galat
|
9
|
0,879
|
0,098
|
|
|
|
Total
|
11
|
77,357
|
|
|
|
|
Keterangan:
** : sangat signifikan / sangat beda nyata pada
taraf
nyata 5% dan 1%
Koefisiensi
Keragaman : 5,07%
Dari
tabel 5 di atas diketahui bahwa Fhitung (391,684) > Ftabel 5% (4,26) dan Ftabel 1%
(8,02). Jadi hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa ada pengaruh
pemberian inokulasi Acetobacter xylinum terhadap kandungan vitamin C
diterima, maka hipotesis nol (Ho) ditolak. Hal ini berarti pengaruh pemberian
berbagai dosis inokulum Acetobacter xylinum terhadap kandungan vitamin C
dinyatakan sangat signifikan. Maka dilakukan uji lanjut yaitu dengan
menggunakan Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) yang dapat dilihat pada tabel 6
sebagai berikut:
Tabel
6. Analisis Uji Jarak Ganda Duncan Terhadap Kandungan Vitamin C
Pada nata de papaya
Perlakuan
|
Rataan hasil
|
Nilai UJGD 5%
|
Selisih rata-rata nilai tiap perlakuan
|
||
C
|
B
|
A
|
|||
C
|
9,208
|
-
|
-
|
-
|
-
|
B
|
6,305
|
0,501
|
2,903*
|
-
|
-
|
A
|
3,028
|
0,521
|
6,180*
|
3,278*
|
-
|
Keterangan:
* : Beda nyata ( signifikan) pada taraf 5%
Pada tabel 6 Uji Jarak Ganda Duncan didapatkan hasil
sebagai berikut; rataan hasil perlakuan C dikurangi rataan hasil B didapatkan
hasil 2,903 > UJGD (0,501) maka signifikan. Rataan hasil perlakuan C
dikurangi rataaan hasil perlakuan A didapatkan hasil 6,180 > UJGD (0,521)
maka signifikan. Rataan hasil perlakuan B dikurangi rataan hasil perlakuan A
didapatkan hasil 3,278 > UJGD (0,521) maka signifikan.
Untuk
memprediksi rata-rata kandungan vitamin C nata de papaya ditentukan
dengan analisis regresi linier sederhana sebagai berikut:
=
a + bX
=
-0,02 + 0,124
Dari
perhitungan analisis regresi linier sederhana didapatkan hasil:
a.
a
= -0,02 merupakan besarnya rata-rata
pengaruh dari berbagai variabel yang mempengaruhi Y, tetapi tidak dimasukkan ke
dalam persamaan regresi. Disebut juga istilah intersep titik potong regresi
pada sumbu Y, apabila X = 0.
b.
b
= 0,124 menunjukkan besarnya kelipatan unit perubahan nilai Y, apabila X
berubah sebanyak satu unit. Artinya jika X ditambah maka nilai Y akan naik
sebesar 0,124.
c.
Thitung
dan probabilitas (sigt) menunjukkan signifikan pengeruh
variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) nilai thitung
(28.027) > ttabel 5% (2,179) ini menunjukkan signifikan pada
level 5% probabilitas.
d.
Koefisien
korelasi (R) = 0,994
menunjukkan tingkat keeratan hubungan antara variable independen (X) dengan
variable dependen (Y), yang sangat kuat dan berkorelasi positif. Ini artinya
jika nilai X meningkat, nilai Y juga akan meningkat, tetapi tidak signifikan.
e.
R
square (R2) atau koefisien determinasi = 0,987
artinya pengaruh (sumbangan) Xi terhadap naik turunnya nilai Y
sebesar 98,7 % sedangkan sisanya 1,3 % dipengaruhi oleh variable lain yang
tidak dimasukkan ke dalam persamaan.
f.
Adjusted R square, atau R2 yang
telah dibebaskan dari pengaruh derajat bebas = 0,987;
menunjukkan pengaruh yang sesungguhnya dari variable independen (Xi)
terhadap variable dependen (Y) sebesar 98,6%; sisanya 1,4% dipengaruhi oleh
variable lain yang tidak dimasukkan ke dalam persamaan regresi.
Hasil analisis linear sederhana
dapat diikhtisarkan bahwa persamaan regresi dapat digunakan untuk memprediksi
nilai kandungan vitamin C pada nata de
papaya dengan inokulasi Acetobacter
xylinum yang berbeda. Pengaruh inokulasi
Acetobacter xylinum berbeda nyata atau signifikan terhadap kandungan vitamin
C pada nata de papaya.
2.
Kandungan Serat Kasar
Kandungan
serat kasar pada nata de papaya dengan inokulasi bakteri Acetobacter
xylinum, sebagai berikut:
Tabel 7. Kandungan Serat Kasar (%) Pada nata
de papaya
Perlakuan
|
Ulangan Ke-
|
Total / ∑ Perlakuan
|
Rata-rata
Perlakuan
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
A
|
16,77
|
17,30
|
16,94
|
17,55
|
68,560
|
17,140
|
B
|
18,90
|
19,56
|
18,75
|
19,88
|
77,090
|
19,273
|
C
|
17,40
|
17,12
|
18,05
|
17,30
|
69,870
|
17,468
|
Jumlah
Umum
|
53,070
|
53,980
|
53,740
|
54,730
|
215,520
|
53,880
|
Jumlah (G)
Rataan Umum
|
17,690
|
17,993
|
17,913
|
18,243
|
|
17,960
|
Keterangan:
A: 500 ml sari
pepaya + 50 ml Bakteri Acetobacter xylinum
B:
500 ml sari pepaya + 75 ml Bakteri Acetobacter xylinum
C: 500 ml sari
pepaya + 100 ml Bakteri Acetobacter xylinum
Berdasarkan tabel 7 tersebut di atas
dapat dilihat bahwa perlakuan dengan pemberian inokulasi Acetobacter xylinum
terhadap kandungan serat kasar pada nata de papaya memberikan hasil
yang tertinggi pada perlakuan B yaitu (B=19,273)
sedangkan hasil yang paling rendah terdapat pada perlakuan A (A=
17,140). Berdasarkan data di atas, maka dapat dibuat grafik kandungan serat
kasar pada nata de papaya dengan pemberian inokulasi bakteri Acetobacter
xylinum.
Gambar 2. Kadar Serat Kasar (%) nata de
papaya
Keterangan:
A: 500 ml sari
pepaya + 25 ml Bakteri Acetobacter xylinum
B: 500 ml sari
pepaya + 50 ml Bakteri Acetobacter xylinum
C:
500 ml sari pepaya + 75 ml Bakteri Acetobacter xylinum
Dari
hasil perhitungan kandungan serat kasar pada nata de papaya dengan menggunakan berbagai dosis Acetobacter xylinum selanjutnya dilakukan
uji Homogenitas of Varians terhadap kandungan serat kasar pada nata de papaya dengan perlakuan
inokulasi Acetobacter xylinum. Dari
hasil deskripsi test of Homogenitas of Varians yang dihasilkan adalah nilai
levene (1,167) nilai sig. 0,354 > nilai level 5% probabilitas artinya ke
tiga perlakuan inokulasi Acetobacter
xylinum pada sari pepaya memiliki varians yang sama (Homogen). Dari
perhitungan Homogenitas varians selanjutnya dilakukan analisis sidik ragam. Hasil
Analisis Sidik Ragam terhadap kandungan serat kasar pada nata de papaya
dengan inokulasi Acetobacter
xylinum dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel
8. Hasil Sidik Ragam Kadar Serat Kasar nata de papaya
SK
|
DB
|
JK
|
KT
|
FH
|
Ftabel
|
|
5%
|
1%
|
|||||
Perlakuan
|
2
|
10,550
|
5,275
|
27,495**
|
4,26
|
8,02
|
Galat
|
9
|
1,727
|
0,192
|
|
|
|
Total
|
11
|
12,277
|
|
|
|
|
Keterangan:
** : sangat signifikan / sangat beda nyata pada
taraf
nyata 5% dan 1%
Koefisiensi
Keragaman : 2,44%
Dari
tabel 8 di atas diketahui bahwa Fhitung (27,495) > Ftabel 5% (4,26) dan Ftabel 1%
(8,02). Jadi hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa ada pengaruh
pemberian berbagai dosis inokulum
Acetobacter xylinum terhadap kadar serat diterima, maka hipotesis
nol (Ho) ditolak. Hal ini berarti pengaruh pemberian berbagai dosis inokulum Acetobacter
xylinum terhadap kandungan serat kasar dinyatakan sangat signifikan. Maka
dilakukan uji lanjut yaitu dengan menggunakan Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD)
yang dapat dilihat pada tabel 8 sebagai berikut:
Tabel
9. Analisis Uji Jarak Ganda Duncan terhadap kadar Serat kasar pada
nata
de papaya
Perlakuan
|
Rataan hasil
|
Nilai UJGD 5%
|
Selisih rata-rata nilai tiap perlakuan
|
||
B
|
C
|
A
|
|||
B
|
19,273
|
-
|
-
|
-
|
-
|
C
|
17,468
|
0,701
|
1,805*
|
-
|
-
|
A
|
17,140
|
0,729
|
2,133*
|
0,327*
|
-
|
Keterangan:
* : Beda nyata ( signifikan) pada taraf 5%
Pada tabel 9 Uji Jarak Ganda
Duncan didapatkan hasil sebagai berikut; rataan hasil perlakuan B dikurangi
rataan hasil C didapatkan hasil 1,805 > UJGD (0,701) maka signifikan. Rataan
hasil perlakuan B dikurangi rataaan hasil perlakuan A didapatkan hasil 2,133
> UJGD (0,729) maka signifikan. Rataan hasil perlakuan C dikurangi rataan
hasil perlakuan A didapatkan hasil 0,327 > UJGD (0,729) maka
signifikan.
Untuk
memprediksi rata-rata kadar serat nata de papaya ditentukan dengan
analisis regresi linier sederhana sebagai berikut:
=
a + bX
=
17,635 + 0,007
Dari
perhitungan regresi linier didapatkan hasil:
a.
a
= 17,635 merupakan besarnya rata-rata pengaruh dari berbagai variabel yang
mempengaruhi Y, tetapi tidak dimasukkan ke dalam persamaan regresi. Disebut
juga istilah intersep titik potong regresi pada sumbu Y, apabila X = 0.
b.
b
= 0,007 menunjukkan besarnya kelipatan unit perubahan nilai Y, apabila X
berubah sebanyak satu unit. Artinya jika X ditambah maka nilai Y akan naik
sebesar 0,007.
c.
thitung
dan probabilitas (sigt) menunjukkan signifikan pengaruh
variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) nilai thitung
(0.422) < ttabel 5% (2,179) ini menunjukkan tidak signifikan pada
level 5% probabilitas.
d.
Koefisien
korelasi (R) = 0,132
menunjukkan tingkat keeratan hubungan antara variable independen (X) dengan
variable dependen (Y), yang lemah dan berkorelasi positif. Ini artinya jika
nilai X meningkat, nilai Y juga akan meningkat, tetapi tidak signifikan.
e.
R
square (R2) atau koefisien determinasi = 0,017
artinya pengaruh (sumbangan) Xi terhadap naik turunnya nilai Y
sebesar 1,7 % sedangkan sisanya 98,3 % dipengaruhi oleh variable lain yang
tidak dimasukkan ke dalam persamaan.
f.
Adjusted R square, atau R2 yang
telah dibebaskan dari pengaruh derajat bebas = -0,081;
menunjukkan pengaruh yang sesungguhnya dari variable independen (Xi)
terhadap variable dependen (Y) sebesar 8,1%; sisanya 91,9% dipengaruhi oleh
variable lain yang tidak dimasukkan ke dalam persamaan regresi.
Hasil analisis linear sederhana
dapat diikhtisarkan bahwa persamaan regresi tidak dapat digunakan untuk
memprediksi nilai kandungan serat kasar pada nata de papaya dengan inokulasi Acetobacter
xylinum yang berbeda. Pengaruh inokulasi
Acetobacter xylinum tidak berbeda
nyata atau tidak signifikan terhadap kandungan serat kasar pada nata de papaya.
B.
Pembahasan
1. Pengaruh Inokulum Bakteri Acetobacter xylinum dalam Pembuatan nata de papaya Terhadap
Kandungan Vitamin C
Berdasarkan
perhitungan Analisis Sidik Ragam kandungan vitamin C, menunjukkan bahwa Fhitung
(391,684) > Ftabel 5%
(4,26) dan Ftabel 1% (8,02). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
kandungan vitamin C akibat pengaruh pemberian bakteri Acetobacter xylinum
sangat signifikan pada taraf 5% dan 1%. Jadi hipotesis alternatif (Ha) yang
menyatakan bahwa ada pengaruh pemberian bakteri Acetobacter xylinum pada
nata de papaya terhadap kadar vitamin C diterima, maka hipotesis nol
(Ho) ditolak.
Kandungan vitamin C
memberikan hasil yang tertinggi pada perlakuan C dengan
penambahan bakteri Acetobacter xylinum sebanyak
75 ml yaitu (C=9,208) sedangkan hasil yang paling rendah terdapat
pada perlakuan A dengan penambahan bakteri sebanyak 25 ml yaitu (A= 3,028). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada setiap
penambahan dosis Acetobacter xylinum berpengaruh sangat signifikan terhadap kandungan
vitamin C.
Vitamin C mempunyai sifat
yang tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam.
Dalam keadaan larut vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara
(oksidasi) terutama bila terkena panas, udara serta katalis tembaga dan besi. Proses
pengolahan makanan dan penyimpanan dapat mengakibatkan hilangnya kandungan vitamin C yang cukup banyak. Karena
selain larut dalam air vitamin C juga mudah teroksidasi terutama oleh adanya senyawa
alkali panas. Jadi berkurangnya kandungan vitamin C dipengaruhi oleh penambahan
air karena vitamin C larut dalam air. Selain itu juga dipengaruhi oleh proses
pengolahan sehingga kandungan vitamin C berkurang bila dipanaskan (Sunita,
2002). Dengan pemberian jumlah inokulasi bakteri Acetobacter xylinum yang
semakin banyak, dapat mempertahankan kandungan vitamin C pada nata.
Berdasarkan hasil analisis
regresi linear sederhana didapatkan thitung (28,027) > ttabel
5% (2,179). Hal ini menunjukkan signifikasi pada level 5% probabilitas. Hal ini
dapat dijelaskan bahwa bakteri Acetobacter xylinum sebagai bakteri yang
berperan utama dalam pembentukan nata, akan membentuk asam glukonat yang
berasal dari oksidasi glukosa. Selama proses fermentasi bakteri tersebut dapat
mensintesis vitamin C dengan cara mengubah glukosa menjadi asam
2,5-diketo-glukonat menjadi asam 2-keto-glukonat selanjutnya akan diubah
menjadi asam L-askorbat. Tahap akhir proses ini adalah pengubahan asam
2-keto-L-glukonat (2-KLG) menjadi asam L-askorbat dengan katalis asam. Studi
biokimiawi alur metabolik dari sejumlah mikroorganisme menunjukkan bahwa ada
kemungkinan mensintesis 2-KLG dengan alur yang lain. Sebagai contoh beberapa
bakteri (Acetobacter, Gluconobacter dan Erwinia) dapat mengubah
glukosa menjadi asam 2,5-diketo-D-glukonat (2,5-DKG). Sedangkan bakteri lain (Corynebacterium,
Brevibacterium dan Arthrobacterium) mempunyai enzim reduktase
2,5-DKG yang mampu mengubah 2,5-DKG menjadi 2-KLG (Sudjadi, 2008).
Hubungan ketergantungan
antara dosis Acetobacter xylinum dengan kandungan vitamin C dalam bentuk %
yaitu sebesar 98,7%, sedangkan sisanya 1,3%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam persamaan.
Dari sini dapat diketahui bahwa inokulasi bakteri Acetobacter xylinum
berpengaruh besar terhadap kandungan vitamin C yaitu sebesar 98,7%.
2.
Pengaruh Inokulum Bakteri Acetobacter xylinum dalam Pembuatan nata de papaya Terhadap Kandungan Serat Kasar
Pada perhitungan
Analisis Sidik Ragam kandungan serat kasar menunjukkan bahwa Fhitung (27,495)
> Ftabel 5% (4,26) dan Ftabel 1% (8,02).
Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata kandungan serat kasar akibat pengaruh pemberian
bakteri Acetobacter xylinum sangat signifikan pada taraf 5% dan 1%. Jadi
hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa ada pengaruh perbedaan pemberian
bakteri Acetobacter xylinum pada nata de papaya terhadap kadar
serat diterima, maka hipotesis nol (Ho) ditolak.
Kandungan serat kasar memberikan hasil yang tertinggi yaitu pada
perlakuan B dengan penambahan inokulum bakteri Acetobacter xylinum sebanyak
50 ml yaitu (B=19,273) sedangkan nilai rata-rata serat kasar
terendah pada penambahan inokulum bakteri Acetobacter xylinum sebanyak
25 ml yaitu (A=17,140).
Kandungan serat terbanyak dalam nata adalah selulosa. Selulosa yang
terbentuk dalam media berupa benang-benang yang bersama polisakarida membentuk
jalinan yang terus menebal menjadi lapisan nata. Bakteri Acetobacter xylinum mampu memecah
sukrosa ekstraseluler menjadi glukosa dan fruktosa. Senyawa-senyawa
glukosa dan fruktosa tersebut baru dikonsumsi sebagai bahan bagi metabolisme
sel. Bakteri Acetobacter xylinum merombak gula untuk memperoleh energi
yang diperlukan bagi metabolisme sel (Pambayun,2006).
Pada pemberian nutrisi yang sama pada masing-masing medium dengan
pemberian inokulasi Acetobacter xylinum yang berbeda dapat memberikan
pengaruh yang berbeda pula. Hal ini ditunjukkan pada perlakuan B menghasilkan
kandungan serat kasar tertinggi karena dengan adanya jumlah populasi Acetobacter
xylinum sesuai dengan nutrisi (sukrosa) dalam media sehingga bakteri mampu
memanfaatkan nutrisi (sukrosa) untuk metabolisme tubuh juga sebagai sumber
energi untuk berkembangbiak
sehingga berpengaruh pada pembentukan selulosa. Semakin tinggi selulosa yang
terbentuk maka semakin tinggi pula kandungan serat kasar pada nata de papaya.
Pada proses metabolismenya,
selaput selulosa ini terbentuk oleh aktivitas Acetobacter xylinum terhadap
glukosa. Glukosa kemudian berikatan dengan asam lemak (Guanosin trifosfat)
membentuk prekursor penciri selulosa oleh enzim selulosa sintetesa, kemudian
dikeluarkan ke lingkungan membentuk selulosa Pada permukaan medium. Selama
metabolismenya terjadi proses glikolisis
yang dimulai dengan terbentuknya glukosa menjadi 6-fosfat yang kemudian
diakhiri dengan terbentuknya asam piruvat. Glukosa 6-P yang terbentuk pada
proses glikolisis inilah yang digunakan oleh
Acetobacter xylinum untuk menghasilkan selulosa.
Bakteri Acetobacter
xylinum menghasilkan selulosa sebagai produk metabolit sekunder, sedangkan
produk metabolit primernya adalah asam asetat. Semakin tercukupinya nutrisi,
semakin besar kemampuan menumbuhkan bakteri Acetobacter xylinum untuk
melakukan proses metabolisme dan semakin banyak selulosa yang terbentuk,
maka semakin tinggi pula kandungan serat
kasar yang dihasilkan (Anonim, 2010).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
kandungan vitamin C dan serat kasar nata
de papaya pada proses fermentasi sari pepaya (Carica papaya) dengan
pemberian berbagai dosis Acetobacter xylinum dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1.
Pemberian
inokulasi Acetobacter xylinum dengan
dosis 25 ml, 50 ml dan 75 ml mampu memberikan pengaruh yang sangat signifikan
terhadap terhadap kandungan vitamin C
dan serat kasar.
2.
Hasil
tertinggi kandungan vitamin C pada proses fermentasi sari pepaya terdapat pada
perlakuan C (=9,208)
dan hasil yang paling rendah terdapat pada perlakuan A (A=
3,028). Sedangkan hasil tertinggi kandungan serat kasar pada proses fermentasi
sari pepaya terdapat pada perlakuan B yaitu (B=19,273)
dan hasil yang paling rendah terdapat pada perlakuan A (A=
17,140).
B. Saran
Saran
penulis dalam penelitian ini adalah:
1.
Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut tentang inokulasi Acetobacter xylinum
dengan berbagai variasi dosis yang berbeda terhadap kandungan vitamin C dan
serat kasar nata de papaya dan
parameter yang berbeda pada media uji yang lain.
2.
Dalam proses pembuatan nata harus
diperhatikan benar faktor-faktor yang sangat mempengaruhi proses fermentasi
diantaranya pH, cahaya, suhu, kelembapan
dan yang paling utama adalah kebersihan sehingga dapat menghasilkan nata
yang baik dan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. 2010. Pengaruh Pemberian Bakteri dalam Pembuatan Nata de
Soya dari Limbah Cair Tahu terhadap Kadar Protein dan Kalsium. Skripsi.
Semarang : IKIP PGRI Semarang
Agus Krisno B, Moch. 2002. Mikrobiologi Terapan. Malang: UMM
Press
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Anonim. 2008. Kandungan Gizi Pepaya [online].
[diakses tanggal 21 Oktober 2010]. Diperoleh dari Anonim. 2009. Diperoleh dari www.ebookpangan.com
Anonim. 2009. Keistimewaan Pepaya [online]. [diakses
tanggal 30 Oktober 2010]. Diperoleh dari Sehatkualami.com/jadikan-pepaya-senjata-alami-melawan-kanker
Anonim. 2010. Metabolisme Acetobacter xylinum.
[online].[ diakses tanggal 25 Januari 2011]. Diperoleh dari http://www.pdfio.com
Anonim. 2009. Serat kasar. [online].[ diakses
tanggal 21 Oktober 2010]. Diperoleh dari www.ebookpangan.com
Anonim. 2009. Serat kasar. [online].[ diakses
tanggal 30 Oktober 2010]. Diperoleh dari http://www.wikipedia.seratkasar/wiki.org
Anonim. 2009. Vitamin
C [online].[ diakses tanggal 30 Oktober 2010]. Diperoleh dari id.wikipedia.org/wiki/vit-C
Ashari, Samroni. 2007. Cara Praktis Membuat Nata de Coco. Jakarta:
Sinar Cemerlang Abadi
Baga Kalie, Moehd. 2007. Bertanam pohon pepaya. Jakarta:
Penebar Swadaya
Gomes, K.A. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian edisi
kedua. Jakarta: UI press
Junaidi, Iskandar. 2010. Ensiklopedia Vitamin, Mineral dan
Zat Berkhasiat Lainnya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Kemal. 2000. Budidaya Carica Papaya [online]. [diakses tanggal
29 Oktober 2010]. Diperoleh dari www.warintekristek.go.id
Pambayun,Rindit. 2006. Teknologi Pengolahan Nata de Coco.
Yogyakarta: Kanisius
Panca W, Adha. 2009. Klasifikasi, Morfologi, Fisiologi serta
Ekologi Acetobacter xylinum [online].[
diakses 01 Januari 2011]. Diperoleh dari http://apwardhanu.wordpress.com
Poedjiadi, Anna dan F.M Titin Supriyanti. 2006. Dasar-dasar
Biokimia. Jakarta: UI Press
Pratiwi, Ery. 2005. Karakteristik Nata dari Pulp Kakao Mulia
(Theobroma cacao L) dengan Penambahan Berbagai Konsentrasi Sukrosa.
Jurnal Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian.Vol 5, N0.2 Hal 81-85
Purwoko, Tjahjadi. 2009. Fisiologi Mikroba. Jakarta: Bumi
Aksara
Rusilanti, M Clara dan Kusharto. 2007. Sehat dengan Makanan
Berserat. Jakarta: Agromedia Pustaka
Setyowati, Lilis. 2010. Pengaruh Pemberian Bakteri Acetobacter
xylinum dalam Pembuatan Nata de Soya dari Limbah Cair Tahu terhadap Kadar
Karbohidrat dan Ketebalan Nata. Skripsi. Semarang: IKIP PGRI Semarang
Sri Iswarini, Retno dan Ari Yuniastuti. 2006. Biokimia. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Sudjadi. 2008. Bioteknologi Kesehatan.Yogyakarta: Kanisius
Sujiprihati, Suriani dan Ketty Suketi. 2009. Budi Daya Pepaya
Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya
Suparti, Yanti dan Aminah Asngad. 2007. Pemanfaatan Ampas Buah
Sirsak (Annona muricata) sebagai Bahan Dasar Pembuatan Nata dengan Penambahan
Gula Aren. Jurnal MIPA. Vol. 17, No.1 Januari 2007:Hal 1-9
Warisno dan Kres Dahana. Inspirasi Usaha Membuat Aneka Nata.
Jakarta: Agromedia Pustaka
Langganan:
Postingan (Atom)